Press "Enter" to skip to content
CERDASKAN BANGSA: Pemkot Semarang melalui Dinas Arpus meluncurkanbuku antologi cerpen di Hakk Balai Kota Semarang, Rabu (12/11). Foto: Ist.

Lewat Cerita Kampung, Anak Muda Semarang Didorong Bangun Identitas Kota Literatur

SEMARANG — Cerita kampung dan kehidupan kota menjadi inspirasi utama bagi ribuan penulis muda dalam antologi cerpen “Kampungku dan Kota Semarang” yang diluncurkan Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Arsip dan Perpustakaan (Arpus), Rabu (12/11).

Peluncuran di Hall Balai Kota ini dihadiri ratusan pelajar dan pegiat literasi, serta menjadi bagian dari peringatan Hari Literasi Nasional.

Kepala Dinas Arpus FX Bambang Suranggono yang mewakili Wali Kota Agustina Wilujeng membuka acara dengan pesan penting: menulis adalah cara mengenali diri dan kotanya sendiri.

“Bu Wali berpesan agar anak-anak tidak hanya pandai menulis, tetapi mampu melihat makna di balik kampung tempat mereka tinggal,” ujarnya.

Dari 2.000 peserta yang mengikuti program Aktivitas Warga Pintar (AWP) Bercerita, terpilih 90 cerpen terbaik. Cerita-cerita tersebut mengangkat ragam kehidupan khas Semarang, dari kampung nelayan Tambaklorok hingga suasana urban Simpang Lima.

Menurut Bambang, tema “Kampungku dan Kota Semarang” dipilih agar peserta tidak hanya berimajinasi, tetapi belajar menulis dari realitas sekitar. “Menulis tentang tempat sendiri adalah bentuk cinta terhadap kota,” katanya.

Sebagai bentuk tindak lanjut, Wali Kota berencana mendorong adaptasi cerpen terbaik menjadi film pendek agar pesan literasi dapat menjangkau audiens yang lebih luas.

“Bu Wali punya mimpi menjadikan Semarang Kota Sinema, di mana karya literasi menjadi bagian dari ekspresi budaya,” ujar Bambang.

Selain publikasi buku, Pemkot juga memberikan apresiasi berupa hadiah total Rp194 juta untuk para pemenang.

Kegiatan ini turut mendapat perhatian dari berbagai lembaga, termasuk Bank Indonesia dan DPRD Kota Semarang. Dukungan itu diharapkan memperkuat ekosistem literasi sebagai bagian dari pembangunan budaya.

Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang, Mualim, menyebut bahwa kegiatan seperti ini menumbuhkan kebanggaan lokal. “Menulis tentang kampung sendiri adalah upaya mencatat sejarah kecil yang tidak tercatat di buku besar,” katanya.

Ia menambahkan, generasi muda yang peka terhadap budaya lokal akan menjadi penjaga identitas kota di masa depan.

Wali Kota Agustina berharap gerakan literasi ini menjadi pondasi Semarang sebagai kota yang tidak hanya maju secara fisik, tapi juga kuat dalam nilai dan identitas budaya. (*)

Reporter: Ismu Puruhito

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.