SEMARANG – Sanggar Trisna Budaya, wadah seni yang pernah populer di era 1970-an, kini bangkit kembali berkat dukungan dana operasional RT Rp25 juta dari Pemkot Semarang.
Ketua RW IV Kelurahan Krapyak, Tri Subekso, menuturkan sanggar ini dulunya dikenal lewat pementasan wayang orang. Namun karena keterbatasan, sanggar sempat vakum bertahun-tahun. “Kini semangat pendahulu kami diteruskan generasi muda,” katanya.
Ketua RT 02, Lilik Supramono, menjelaskan pemanfaatan dana bantuan RT untuk sanggar ini diputuskan lewat musyawarah warga. “Kami ingin dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat jangka panjang, dan seni budaya adalah pilihan tepat,” ujarnya.
Kegiatan sanggar kini berjalan dengan 25 anak yang rutin mengikuti latihan tari. Orang tua mendukung penuh, karena kegiatan ini memberi ruang kreatif dan menjauhkan anak-anak dari ketergantungan gadget.
Menurut warga, kebangkitan sanggar ini juga menjadi simbol pentingnya menjaga warisan budaya di tengah arus modernisasi.
Lilik menyebut kegiatan ini sekaligus bentuk apresiasi warga terhadap program bantuan operasional RT. “Tanpa dukungan dana ini, mungkin sanggar tidak bisa bangkit lagi,” katanya.
Selain menjadi pusat latihan seni, sanggar juga diharapkan dapat tampil di acara budaya Grebek Subali yang rutin digelar akhir tahun.
Pemanfaatan dana Rp25 juta untuk budaya dianggap tepat karena langsung menyentuh kebutuhan masyarakat di tingkat akar rumput.
Warga Krapyak optimistis sanggar akan terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Kota Semarang.
Dengan semangat kolaborasi warga, Sanggar Trisna Budaya kini kembali menjadi denyut seni di Krapyak, sekaligus menjaga warisan leluhur agar tidak hilang ditelan zaman.
Reporter: Raffa Danish






Be First to Comment