SEMARANG – Pemkot Semarang memperluas program bisyarah bagi mereka yang selama ini berperan penting di tengah masyarakat. Dari guru agama, pendidik Pos PAUD, marbot masjid, hingga perawat jenazah, kini mendapat perhatian lebih melalui skema Anggaran Perubahan 2025.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, menegaskan bahwa masyarakat yang sehari-hari berperan mendidik, mengajar, menjaga tempat ibadah, hingga mengurus jenazah, pantas diapresiasi. “Mereka adalah pilar kehidupan sosial kita,” katanya, Jumat (19/9).
Data Pemkot menunjukkan peningkatan penerima. Pendidik Pos PAUD kini mencapai 200 orang, perawat jenazah 1.000 orang, dan marbot masjid/musala sebanyak 885 orang. Guru TPQ, madrasah diniyah, sekolah Minggu, dan pinandita juga tetap mendapat dukungan rutin.
Bantuan yang diberikan berkisar Rp300.000 hingga Rp1.000.000 per bulan, tergantung peran. Misalnya, guru TPQ dan pendidik Pos PAUD menerima Rp500.000, sementara modin memperoleh Rp1.000.000.
Menurut Agustina, program ini bukan sekadar insentif, melainkan penghargaan terhadap dedikasi. “Semarang kuat bukan karena infrastrukturnya saja, tapi karena masyarakatnya peduli dan harmonis,” ujarnya.
Pihak Pemkot menyebut, tambahan hampir 2.000 penerima baru menjadi bukti bahwa program ini terus berkembang mengikuti kebutuhan sosial masyarakat.
Selain itu, bisyarah juga dipandang sebagai strategi membangun ketahanan sosial. Marbot, guru agama, dan perawat jenazah bukan hanya menjalankan tugas, tetapi juga memperkuat ikatan kebersamaan warga.
Kehadiran mereka diyakini menjadi perekat sosial yang membuat masyarakat lebih siap menghadapi berbagai tantangan.
Beberapa penerima bantuan mengaku lega karena kerja mereka kini mendapat perhatian. Mereka berharap kebijakan ini berlanjut dan jumlah penerima semakin luas.
Reporter: Ismu Puruhito
Be First to Comment